Nama asli Pangeran Diponegoro
adalah Raden Mas Ontowiryo. Beliau termasuk garis keturunan Sultan
Hamengku Buwono III. Ketika sultan ingin mengangkatnya menjadi raja,
beliau menolak dan memilih meninggalkan keraton. Hal ini disebabkan
beliau merasa tidak berhak sebagai anak dari seorang selir, bukan
permaisuri. Diponegoro juga lebih tertarik pada kehidupan religius dan
merakyat sehingga lebih suka tinggal di Tegalrejo, kediaman nenek
buyutnya, Ratu Ageng Tegalrejo, permaisuri HB I. Lebih dari itu,
Pangeran Diponegoro juga tidak suka akan campur tangan Belanda yang
terlalu besar dalam keraton.
Puncak kemarahan Diponegoro muncul
ketika Belanda hendak menggusur makam leluhurnya untuk membuat jalan.
Sikap Belanda yang seenaknya tanpa menghargai budaya dan tradisi
masyarakat setempat, ditambah penerapan pajak yang tinggi terhadap
rakyat membuat Pangeran Diponegoro bangkit mengangkat senjata. Perang
tersebut kemudian terkenal dengan nama Perang Diponegoro.
Perang ini dimulai pada tanggal 20 Juni 1825 dan berlangsung selama 5
tahun yang tercatat sebagai salah satu perang terberat yang dihadapi
Belanda.
- Tempat/Tgl. Lahir : Yogyakarta, 11 November 1785
- Tempat/Tgl. Wafat : Makasar, 8 Januari 1855
- SK Presiden : Keppres No. 087/TK/1973, Tgl. 6 November 1973
- Gelar : Pahlawan Nasional
Ketika Tegalrejo berhasil dikuasai
Belanda, Pangeran Diponegoro berjuang secara bergerilya. Dengan hidup
berpindah pindah, Belanda mengalami kesulitan menangkap Diponegoro.
Belanda pun menerapkan taktik Benteng Stelsel untuk membatasi pergerakan
Diponegoro. Untuk menangkapnya, Belanda membuat jebakan dengan
mengundang Diponegoro berunding di Magelang. Pada tanggal 28 Maret 1830,
Diponegoro tertangkap dan dibuang ke Manado, kemudian dipindahkan ke
Makasar. Pada tanggal 8 Januari 1855, Pangeran Diponegoro meninggal
dunia di Benteng Rotterdam, Makasar
0 komentar:
Posting Komentar